Batu Nasib dan Sumur Mas

Batu Penentu Nasib ini terdiri dari tiga bongkah yang berbeda ukuran. Ia tergeletak persis di beranda depan bangunan makam Nyi Ciptarasa, Ciomas-Sukahaji, Majalengka. Meski beda ukuran, tapi tak sembarang orang bisa mengangkatnya. Bahkan batu kecil pun tak gampang diangkat. Inilah batu panayogian rizki atau penentu nasib.

Tiga bongkah batu ini berwarna hitam legam, dengan alas batu pula. Menurut catatan, benda ini merupakan peninggalan sejarah purbakala yang dilindungi oleh undang-undang. Sayangnya, tak ada penjelasan resmi tentang asal usul batu dan sejak kapan berada di lokasi itu. Juga tak ada keterangan dimanfaatkan untuk batu ini oleh manusia jaman purba. Yang pasti, dari segi ukuran, batu ini amat menarik hati.

Ukurannya berbeda dan posisinya berurutan mulai yang besar di sebelah kiri sampai terkecil di sebelah kanan. Menurut Wirta, ketiga batu ini disebut panayogian rizki yang dalam bahasa Indonesia berarti batu penentu rejeki. Maksudnya, siapa orang yang sanggup mengangkat batu itu, maka rejekinya akan lancar. Dan siapa yang tidak sanggup mengangkatnya, rejekinya akan seret. Ternyata, banyak pengunjung yang berhasil mengangkat batu itu.

Anehnya, ukuran bobot batu ini tak bisa ditentukan. Sebab batu paling besar yang diperkirakan seberat 50 kg, bisa saja bagaikan seberat 10 kg bila diangkat orang. Artinya, orang bertubuh kecil dan kurus pun, bisa saja mengangkat batu ini dengan mudah. “Itu semua kebesaran Tuhan. Melalui batu ini diperkirakan rejeki seseorang,” tutur Wirta.

Akan tetapi, sebongkah batu kecil bisa saja berbobot puluhan kilo bila diangkat. Itulah penentu kerejekian. Penuh dengan misteri dan tak bisa dinalar dengan akal sehat. Hanya saja, ada syarat saat mengangkat batu ini. Yaitu tidak boleh menimbulkan bunyi setelah diangkat. Sebab bila menimbulkan bunyi berdegum karena beratnya, maka peruntungan rizkinya musnah.

Sumur Keramat

Di halaman bangunan makam Nyi Ciptarasa, juga terdapat dua buah sumur dan sebuah pancoran yang sangat dikeramatkan baik oleh masyarakat setempat, maupun para peziarah. Ketiga sumur ini berusia ratusan tahun. Menurut Wirta, sebelum dirinya lahir, sumur itu sudah ada. Bahkan jauh sebelum kakek dan neneknya lahir. Anehnya, meski tak seberapa dalam, bahkan saat musim kemarau panjang sekalipun, air sumur ini tak pernah kering.

Karena posisinya tidak dalam, siapa pun yang menginginkan air ini bisa langsung mengambilnya dengan cara menciduk. Konon, air sumur ini memiliki banyak khasiat sesuai dengan namanya masing-masing. Sumur yang letaknya disebelah barat di sebut Sumur Cikajayaan. Sumur ini dipercaya bisa memberikan kejayaan bagi pemakainya. Para peziarah Dayeuh Ciomas, selalu menyempatkan diri mandi di sumur ini.

Uniknya, di sebelah sumur ini tampak berserakan uang receh dan lembaran uang kertas ribuan, yang bercampur dengan aneka bunga. Rupanya, setelah mandi, orang selalu menaruh uang dan bunga-bungaan di situ. Tak jelas apa maksudnya. Kabarnya, cara itu dilakukan agar keinginannya mendapatkan kejayaan dalam hidup lekas tercapai.

Menurut sejarahnya, sumur Cikajayaan ini dibuat oleh pendiri atau pembuka daerah Ciomas ratusan tahun silam. Tujuannya untuk mendapatkan sukses dan kejayaan dalam hidup. Semasa jaman perjuangan kemerdekaan, banyak para pejuang yang datang dan meminum air sumur ini sebelum maju ke medan perang. Tujuannya untuk mendapatkan kemenangan dalam pertempuran. Sampai sekarang sumur ni masih diyakini memiliki tuah. Itu sebabnya banyak pengunjung yang datang dari jauh ke sini hanya untuk mandi atau mengambil airnya dalam botol untuk dibawa pulang.

Sumur Cikajayaan konon sangat manjur untuk sinden dan calon artis. Tidak heran bila para peziarah kerap terpesona oleh gadis-gadis yang mandi di sumur Cikajayaan. Mereka rata-rata berwajah manis dan bersuara bagus. Maklum, calon artis dan sinden. Nah, beberapa tiga meter dari sumur Cikajayaan terdapat sebuah sumur yang aneh bin ajaib. Orang menyebutnya Sumur Mas.

Yang mengherankan, warna air sumur ini berwarna kuning keemasan. Benda apapun yang jatuh ke dalam sumur ini, akan tampak berwarna kekuning-kuningan, persis seperti warna emas. Menurut cerita, dulu Nyi Ciptarasa pernah kehilangan sebuah perhiasan terbuat dari emas. Dicari kemana-mana tidak ditemukan. Suatu hari, terdengar suara gaib yang mengatakan bahwa perhiasan itu di salah satu sumur dan larut bersama air itu. Setelah dilihat, ternyata ada sebuah sumur yang airnya berwarna kuning keemasan. Air sumur ini konon manjur untuk pengasihan.

Yang lainnya adalah air pancur Cikahuripan (kehidupan). Air pancuran ini bersumber dari mata air yang dialirkan melalui pipa. Beberapa peziarah sering terlihat antri untuk mengambil airnya. Air ini diyakini memiliki macam-macam tuah yang intinya adalah membawa berkah untuk kehidupan di masa yang akan datang.

Menrutu kuncen Wirta, pemakaian air dari dua sumur dan pancoran ini berbeda satu sama lain. Air sumur Cikajayaan, haru dibawa pulang. Sebab menurut kepercayaan, air sumur itu akan memiliki tuah bila dipakai di rumah masing-masing. Pada jaman perang kemerdekaan dulu, air ini sering digunakan untuk membasuh luka para prajurit. Tak berapa lama ia mengalami kesembuhan. Begitu juga prajurit yang turun mentalnya, setelah dipercik air ini, semangatnya timbul kembali. ***


 

Original Blogger Template | Modified by Animart